Jumat, 03 September 2010

Alat Pendeteksi Kebohongan

Ooo, kamu ketahuan, begitu kira-kira alat pendeteksi kebohongan berkata jika terbukti orang yang melakukan tes ternyata berbohong. Meski mulut bisa berkata bohong tapi ritme napas, keringat, detak jantung, tekanan darah tidak bisa mengelabui alat pendeteksi kebohongan (Polygraph).

Mendeteksi kebohongan memang bukan hal mudah. Meskipun ada tanda-tanda tertentu ketika seseorang berbohong. Tapi dengan alat pendeteksi kebohongan atau Polygraph, seorang yang ahli berbohong pun tidak akan bisa mengelak. Bagaimana cara kerja alat itu?

Tiap orang memang memiliki gaya berbohong yang berbeda-beda. Banyak alasan yang dikemukakan saat berbohong, namun umumnya seseorang berbohong sebagai suatu mekanisme pertahanan diri untuk menghindari masalah.

Sebuah alat yang diciptakan khusus untuk mendeteksi kebohongan pun akhirnya diciptakan. Alat yang diberi nama Polygraph itu diciptakan pertama kali oleh James Mackenzie pada tahun 1902. Kemudian pada tahun 1921, dibuat versi modernnya oleh John Larson, yang dulu merupakan mahasiswa University of California.

Polygraph banyak digunakan oleh kepolisian atau FBI untuk melakukan interogasi dan investigasi suatu kasus. Namun alat ini masih menuai kontroversi terutama di kalangan psikolog. Mereka mengatakan tidak ada standar khusus yang bisa mendeteksi kebohongan.

Cara kerja Polygraph adalah dengan mencatat dan merekam seluruh respons tubuh secara simultan ketika seseorang diberi pertanyaan. Secara sederhana, ketika seseorang berbohong, ucapan yang dikeluarkannya akan menghasilkan reaksi psikologis di dalam tubuh yang akan mempengaruhi kerja organ tubuh seperti jantung, kulit, dan lainnya.

Melalui sensor yang dihubungkan pada bagian tubuh atau organ tersebut, diketahuilah grafik perubahan fungsi organ tersebut, diantaranya grafik bernafas, detak jantung, tekanan darah, keringat dan lainnya. Pemeriksaan dengan Polygraph umumnya mencapai 2 jam dengan tingkat keakuratan hingga 90 persen.

Satu paket alat Polygraph terdiri atas monitor dan alat sensor digital lainnya yang dihubungkan ke seluruh bagian tubuh untuk mengetahui perubahan atau fluktuasi psikologia ketika seseorang berbicara jujur atau bohong. Begini prosedur kerjanya :

1. Seseorang yang akan diuji dengan alat Polygraph duduk di bangku. Di dalam ruangan interogasi hanya ada dua orang, yaitu penguji (Forensic Psychophysiologist) dan orang yang diuji.
2. Beberapa sensor yang terhubung dengan kabel-kabel pada alat Polygraph dipasang di tubuh orang yang akan diuji. Sensor tersebut antara lain yaitu :
  1. Pneumograph, untuk mendeteksi ritme nafas, ditempelkan pada bagian dada dan perut, bekerja ketika ada kontraksi di otot dan udara di dalam tabung.
  2. Blood Pressure Cuff, untuk mendeteksi perubahan tekanan darah dan detak jantung, ditempelkan pada bagian lengan atas, bekerja seiring dengan suara yang muncul dari denyut jantung atau aliran darah.
  3. Galvanic skin resistance (GSR), untuk mendeteksi keringat terutama di daerah tangan, ditempelkan pada jari-jari tangan, bekerja dengan mendeteksi seberapa banyak keringat yang keluar ketika dalam keadaan tertekan dan berbohong.
3. Penguji kemudian memberikan beberapa pertanyaan kepada seseorang mengenai suatu topik, isu atau kasus.
4. Penguji akan membaca grafik tersebut dan mengetahui apakah ada reaksi yang tidak normal atau fluktuatif.
5. Fluktuasi yang terbaca oleh alat Polygraph akan menentukan apakah seseorang berbohong atau jujur.

Polygraph banyak digunakan untuk badan-badan keamanan negara, investigasi kriminal, proses seleksi pekerja dan juga bank. Saat ini menurut Dr. Frank Horvath, seorang profesor kriminologi dari Michigan State University, terdapat sekitar 3.000 orang penguji (Forensic Psychophysiologist) di Amerika, dan 2.000 diantaranya merupakan anggota the American Polygraph Association. Mereka dilatih di sekolah khusus yang sudah terakreditasi oleh the American Association of Police Polygraphists.

Meskipun Polygraph disebut sebagai alat pendeteksi kebohongan, namun sebenarnya alat itu tidak bisa mendeteksi kebohongan. "Alat itu hanya memonitor dan menunjukkan reaksi perubahan psikologis pada orang yang berkata tidak jujur. Kita tidak bisa tahu bohong itu seperti apa," ujar Dr. Bob Lee, seorang Polygrapher (penguji dalam tes Polygraph) dan juga direktur eksekutif Axciton Systems, perusahaan pembuat Polygraph, seperti dilansir Howstuffworks, Rabu (21/10/2009).

Arditto Trianggada / 13209046

Tidak ada komentar:

Posting Komentar