Kamis, 02 September 2010



Pembangkit Listrik Tenaga Buah





ISU krisis energi menjadi topik paling hangat di dunia saat ini. Pada 2307, bahan bakar fosil diperkirakan habis, minyak bumi mengering akibat penggunaan yang melampaui batas selama lima ratus tahun terakhir. Batu bara lenyap setelah dibakar oleh kegiatan industri selama lebih dari tiga ratus tahun.

Untuk mengatasi hal tersebut, para ilmuan berusaha mencari solusi untuk mengatasi krisis energi tersebut dengan mengembangkan berbagai energi alternatif, seperti pemanfaatan energi nuklir, fusi, matahari, angin, air, fuel cell, biogas, biodiesel dan lainnya.

Namun dari semua energi alternatif tersebut masih mengalami kendala pada biaya pembuatan dan operasi yang mahal. Beberapa di antaranya memberikan dampak negatif terhadap manusia dan lingkungan.

Baru-baru ini ditemukan bahwa pohon dapat menjadi sumber energi listrik alternatif. Amerika Serikat telah mengembangkan pemanfaatan potensial listrik pohon sebagai sumber energi. Pada 2006, Wadle mengklaim telah menemukan cara yang sederhana untuk menarik listrik dari pohon. Hal ini bermula saat Wadle mengukur potensial pohon setelah kilat menyambar ke tanah dan dengan menancapkan paku ke tanah dan ke pohon dan potensial pohon terukur antara 0,8 dan 1,2 Volt.

Selanjutnya, Wadle meyakinkan sebuah perusahaan bernama MagCap untuk mendukung penelitiannya dan sebuah firma hukum untuk mengajukan paten atas namanya. Presiden Chris Lagadinos MagCap akan mendanai apabila dapat menghasilkan listrik 12 Volt stabil. Saat itu para peneliti energi menganggap hal itu adalah omong kosong.

Shuguang Zhang (peneliti bidang teknik biomedik dari MIT) pada 2008 dan Parviz (profesor teknik listrik) dan Voltree Power perusahaan yang bermarkas di Canton, Massachusetts pada 2009 telah melakukan pengukuran potensial listrik pohon dan memanfaatkannya. Pohon produktif di USA hanya sekitar tiga bulan dan potensial listrik rata-rata pohon yang diperoleh sekitar 200 millivolt. Parviz dapat menaikkan potensial pohon hingga 1,1 Volt dengan memasang suatu konverter potensial dan telah membuat suatu sensor berdaya rendah, alarm bangun dan jam yang bersumber dari pohon.

Jam itu dioperasikan dengan 350 millivolt dan hanya menggunakan daya nanowatt. Parviz saat ini juga mengembangkan alat yang bersumber dari potensial pohon untuk mengamati tingkah laku lingkungan (ekologi).

Voltree Power, perusahaan yang bermarkas di Canton, Massachusetts sudah mematenkan alat yang mampu menyerap energi listrik dari pohon untuk memantau kondisi suhu dan kelembaban di dalam hutan. Sat ini Voltree Power tengah mengembangkan alat sensor tanpa kabel untuk mendeteksi kebakaran hutan.

Andreas Mershin dari MIT dalam the Public Library of Science One 2009, menyatakan bahwa potensial itu kemungkinan karena adanya ketidakseimbangan pH antara pohon dan tanah, dan ketidakseimbangan kimiawi yang terjadi akibat proses metabolisme pohon.

Pendapat itu didukung oleh Shuguang Zhang. Potensial listrik pada pohon bukan saja akibat ketidakseimbangan pH antara pohon dan tanah, tetapi juga diakibatkan oleh sambungan daya listrik ke tanah, gelombang radio dan interferensi gelombang elektromagnetik.

Konsep kerja dari pemanfaatan potensial listrik pohon itu sangat sederhana, hanya dengan menggunakan dua buah elektroda yang dipasangkan pada pohon dan tanah. Prinsip itu menggunakan prinsip kerja baterai jeruk, kentang, apel yang telah lama dikenal dan dilakukan dalam percobaan di sekolah tingkat atas dan menengah.

Dengan memasang dua elektroda positif (seng) dan negatif (tembaga) pada buah tersebut, maka potensial listrik akan terjadi akibat reaksi kimia antara seng, asam dan tembaga. Namun jika menggunakan baterai buah, tentu akan menghabiskan banyak biaya.

Hasil penelitian, satu jeruk menghasilkan tegangan 0,8 - 0,98 Volt. Sehingga untuk menjadi dua baterai 1,5 V A3 harus menggunakan empat jeruk yang diserikan dan jika ingin potensial lebih tinggi, berapa banyak jeruk yang digunakan. Disamping itu, jeruk juga mudah busuk sehingga menyumbang gas amoniak bagi lingkungan sekitar sehingga menimbulkan masalah baru, yaitu polusi lingkungan.

Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai dua musim, sehingga matahari tetap bersinar sepanjang tahun. Berdasarkan iklim Indonesia, pepohonan akan tetap tumbuh sepanjang tahun. Indonesia khususnya daerah Banjarbaru Kalimatan Selatan merupakan daerah yang subur dan banyak ditumbuhi berbagai jenis pohon.

Beberapa jenis pohon itu digunakan sebagai penghijauan, baik di rumah, jalan perumahan maupun jalan raya, seperti pohon mangga, rambutan, nangka, akasia, kasturi, pinus, jati, asam wuluh, belimbing, dan jenis pohon lainnya.

Beberapa waktu lalu Program Studi Fisika Unlam melakukan survei awal pada beberapa jenis pohon di sekitar halaman rumah penduduk. Diperoleh hasil, pohon mangga berumur lima tahun mengeluarkan potensial listrik 1,2 Volt, pohon nangka berumur lebih 10 tahun 400 mVolt, pohon asam 345 mV dan pohon pisang 90 mV.

Berdasarkan data itu dan jika dibandingkan dengan potensial listrik pohon di USA yang hanya sekitar 200 mV, pepohonan di Indonesia, khususnya Kalimantan Selatan sangat potensial sebagai sumber energi. Namun, nilai potensial listrik itu belum dapat digunakan pada alat elektonik berdaya rendah, sehingga harus dipasang sebuah penguat potensial listrik. Saat ini Program Studi Fisika sedang membuat alat penguat tegangan itu.

Jika saja alat itu berhasil dibuat, ada dua solusi yang dapat diperoleh bagi negara dan masyarakat. Pertama, sebagai salah satu solusi krisis energi, yaitu adanya sumber energi alternatif baru yang murah, mudah didapat, ramah lingkungan dan tidak akan pernah habis. Kedua, mengurangi dampak pemanasan global melalui penamanan pohon berpotensial tinggi di sekitar halaman rumah dan perkantoran.


bagaimana kawan ?tertarik untuk mencoba?




Masramdhani Saputra
18009021 / EP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar