Kamis, 19 Agustus 2010

Sistem Teleportasi

Transportasi merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Terlebih lagi di masa sekarang ini, manusia hampir selalu disibukkan dengan rutinitas yang membutuhkan mobilitas tinggi setiap harinya. Oleh karena itu, dibutuhkan alat transportasi dengan efisiensi waktu yang tinggi, sehingga waktu kita tak habis di jalan setiap harinya.

Tentunya hampir semua dari kita mengenal “Pintu Ke Mana Saja” milik Doraemon. Ya, pintu portable yang bisa dibawa ke mana saja dan dapat mengantarkan kita ke mana saja. Siapa yang tidak ingin memiliki alat seperti ini? Alat yang dalam sekejap dapat membawa kita bertualang ke seluruh penjuru dunia. Tak perlu lagi kita berpanas-panasan di dalam angkot, berdiri lama di halte untuk menunggu bus, ataupun menunggu berjam-jam sebelum naik pesawat. Hanya dengan membuka pintu, tak lebih dari lima menit, kita telah diantarkan menuju destinasi yang ingin dituju. Bisa dibayangkan, kondisi jalanan barangkali menjadi lengang dan kemacetan tak lagi terjadi, terutama di kota-kota besar. Kendaraan bermotor, yang menjadi penyumbang polusi udara yang sangat besar, akan jauh berkurang jumlahnya dan kualitas udara akan menjadi lebih baik.

Dalam kehidupan nyata, mungkin alat canggih milik Doraemon ini kurang lebih mirip dengan konsep teleportasi, yaitu suatu proses yang melibatkan dematerialisasi suatu objek, dan mengirimkannya dalam bentuk detail susunan atom-atom ke lokasi lain yang menjadi tujuan. Dengan adanya proses ini, kita dapat pindah ke lokasi mana pun secara instan, tanpa harus melintasi jarak secara fisik serta dengan waktu tempuh yang tentunya jauh lebih singkat.

Adakah penelitian yang mengarah ke sana? Jawabannya adalah: ada. Sebagai contoh, pada tahun 1998, ahli fisika dari California Institute of Technology bersama dengan tim dari Eropa, berhasil meneleportasikan photon. Grup ini berhasil membaca struktur atom dari photon dan mengirimkan informasi tersebut melewati 3,28 kaki atau sekitar 1 meter kabel koaksial dan menciptakan replikanya. Sesuai prediksi, photon asli tidak lagi eksis setelah replika tersebut dibuat.

Bagaimanapun, tentunya diperlukan penelitian lebih lanjut tentang penerapan teleportasi pada manusia, misalnya tentang mesin yang dapat menentukan dan menganalisis secara akurat seluruh atom yang menyusun tubuh manusia. Mesin itu harus dapat mengirimkan informasi tersebut ke lokasi lain yang dituju untuk melakukan rekontruksi tubuh dengan sangat presisi. Molekul atom tidak boleh bergeser sedikitpun, meski hanya satu millimeter, karena hal tersebut dapat berujung pada kerusakan neurologi dan fisiologi yang hebat. Ada teori yang mengatakan bahwa teleportasi akan menggabungkan genetic cloning secara digital. Pada biodigital cloning semacam ini, orang yang diteleportasikan akan hilang. Pikiran asli dan tubuh mereka tak lagi eksis. Struktur atom mereka akan disusun ulang di lokasi baru yang menjadi tujuan dan digitalisasi akan membuat ulang memori, emosi, harapan, dan mimpi orang tersebut. Dengan demikian, secara prinsip orang tersebut masih ada, tapi dalam tubuh baru dengan susunan atom yang sama dengan tubuh aslinya, serta dengan memori, perasaan, informasi yang sama dengan yang asli.

Jika melihat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, sistem teleportasi barangkali masih sulit untuk diwujudkan. Namun, siapa yang tahu suatu saat nanti akan ada teknologi yang mendukung teleportasi untuk manusia? Dengan terwujudnya teknologi ini, tentunya kehidupan kita akan menjadi semakin mudah.

Referensi : http://sciencebiotech.net/teleportasi-metode-transportasi-masa-depan/

Rizka Widyarini
13209096

Tidak ada komentar:

Posting Komentar